Jumat, 03 Februari 2012

Maafkan Bila Aku Mengeluh

      Hari ini, di sebuah bus, kulihat seorang gadis berambut pirang. Aku ingin secantik dia. Tiba-tiba ia bangkit dan melangkah gontai. Ia berkaki satu, berjalan pincang, memakai tongkat kayu. Namun ketika lewat, ia tersenyum.
     Oh Tuhan, maafkan aku bila selalu mengeluh. Aku punya dua kaki. Aku bisa berjalan.
     Aku berhenti untuk membeli gula-gula. Anak laki-laki penjual gula sangat menyenangkan. Aku berbicara kepadanya, ia pun menyambut gembira. Seandainya aku terlambat, aku takkan menyesal. Ketika aku hendak pergi, ia berkata, "Terima Kasih. Engkau telah begitu baik kepadaku. Menyenangkan sekali bicara dengan orang sepertimu. Ketahuilah, " katanya, "sesungguhnya aku buta."
     Oh Tuhan, maafkanlah aku bila selalu mengeluh. Aku punya dua mata. Aku bisa melihat.
     Lalu, ketika sedang menyusuri jalan. Aku melihat seorang anak bermata biru. Ia berdiri melihat anak-anak lain bermain. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Aku berhenti sejenak, lalu berkata, "Mengapa kau tidak bermain dengan yang lain, Nak?" Ia menatap ke muka, tidak menjawab. Kemudian aku pun sadar, ternyata ia tuli.
      Oh Tuhan, maafkanlah aku bila selalu mengeluh. Aku punya dua telinga. Aku bisa mendengar.
      Dengan dua kaki yang dapat membawaku kemana saja, dengan dua mata yang dapat memandang cahaya mentari ketika terbenam, dengan dua telinga yang dapat mendengar apa saja yang ingin kuketahui, oh ... Tuhan, maafkan bila aku selalu mengeluh.